Wednesday, November 18, 2009

Nias Propinsi Tahun 2012

Nias: Propinsi Tahun 2012?

Posted by niasbaru on October 9, 2007

Oleh: Marinus Waruwu

Tahun 1929, Vatican yang merupakan negara di dalam kota Roma diakui kedaulatannya sebagai sebuah negara merdeka, berdaulat oleh Benito Mussolini (Pemimpin Italia) pada waktu itu. Adalah negara kota terkecil di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 6000 jiwa, dengan luas wilayah 0,17 mil2 atau 0,4 Km2. Pada tahun 1984, menyusul Brunai Darussalam merdeka dari jajahan kolonial Inggris. Jumlah penduduknya secara keseluruhan sekitar 300.000 jiwa, dan luas wilayah 5.765 Km2. Dan pada tahun 1999, Timor-timur yang sebelumnya bagian NKRI lepas dan mendirikan negara sendiri. Jika dilihat dari segi jumlah penduduknya, Timur-timur hampir sama dengan Pulau Nias sekitar 700.000 jiwa penduduk.

Bagaimana dengan Nias kita? Apakah Nias bisa seperti Vatican, Brunei, ataupun Timor-timur? Jika di lihat dari segi jumlah penduduk berdasarkan konsensus tahun 2007 ini, jumlah penduduk Nias sekitar 800.000 jiwa. Dan luas wilayahnya mungkin beberapa ratus kali lipat lebih luas jika dibandingkan dengan luas negara Vatican. Bisa dikatakan, secara geografis, jumlah penduduk, dan mungkin saja ekonomi, Nias hampir memenuhi syarat-syarat menjadi sebuah negara berdaulat.

Tulisan diatas hanyalah perbandingan saja. Bukan dalam arti, Nias harus merdeka atau berdaulat dengan mendirikan negara seperti Vatican, Brunei, dan Timor-timur. Namun, kita orang Nias terutama kaum mudanya layak bertanya: kenapa Vatican, Brunei, Timor-timur bisa menjadi negara mandiri? Apa kelebihan mereka? bukannya setiap hari, kita sama-sama makan roti (bagi yang makan roti), dan makan nasi (bagi yang makan nasi)?. Kok kenapa mereka bisa? Apakah Tuhan itu adil atau tidak adil sih? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang menggugah sekaligus membuat kita malu.

Hanya keajaiban! Hanya Keajaiban Sang Kahliklah, Nias dapat menjadi sebuah negara. Dan jangankan menjadi sebuah negara berdaulat dan merdeka. Masalah Pemekaran Pulau Nias menjadi beberapa kabupaten saja sangat berbelit-belit, sarat pertengkaran, saling tusuk, dan diam-diam mengkhianati teman dari belakang, yang tidak lain adalah teman seperjuangannya. Apalagi menjadikan Nias menjadi Propinsi mandiri, mungkin sesuatu hal yang tidak mungkin. Dan tidak pernah terwujud. Namun pernahkah kita bermimpi tentang masa depan Pulau Nias kita tercinta. Masa depan yang sejahtera, damai, dan beriman. Ataupun bermimpi bahwa tahun 2012, Nias kita tercinta akan menjadi Propinsi tersendiri. Mungkin saja cita-cita tersebut hanya sebuah cita-cita dan tidak pernah terwujud. Dan bisa juga cita-cita ini, walaupun kelihatan aneh, tapi kalau sudah waktunya Pulau Nias menjadi sebuah Propinsi mandiri, kenapa tidak. Itu sah-sah saja. Akan tetapi, untuk menuju ke sana, menjadi sebuah Propinsi bukanlah hal yang gampang, mudah. Paling tidak butuh proses. Dan prosesnya panjang sekali. Sah-sah saja, saya sebagai kaum muda Nias punya mimpi dan cita-cita bahwa tahun 2012, Nias akan menjadi Propinsi tersendiri. Namun proses menuju ke sana harus diperhatikan dan menjadi prioritas utama. Paling tidak para pejabat daerah Nias, atau orang Nias yang telah berhasil di perantauan, dan tentu saja Kaum Muda-Mudi Nias sendiri. Proses itu antara lain: Pertama, Bidang Pendidikan. Bidang ini mau tidak mau, harus menjadi salah satu prioritas pemerintahan daerah Nias. Tahun-tahun terakhir, Nias terkenal dengan ketertinggalanya dalam bidang pendidikan. Hampir 60 % kaum Muda-mudi Nias belum mencicipi dunia pendidikan. Faktornya ada banyak. Mulai dari ketiadaan biaya hingga orang tua yang lebih memilih menikahkan anaknya pada umur yang sangat mudah di banding menyekolahkannya. Karena itu, pemerintahan daerah perlu menyadarkan dan juga membantu orang tua Kaum Muda-mudi Nias dalam menyekolahkan anaknya. Atau hasil APBD daerah, sebaiknya sebagian besarnya dialihkan ke sektor pendidikan. Misalnya: pendapatan APBD dialihkan ke sektor pendidikan sebesar 25 %. Kedua, Kekayaan alam. Sebetulnya, di daerah Nias ada banyak kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Mulai dari hasil laut, pertanian, dan juga peternakan. Sayangnya, tidak benar-benar dimanfaatkan. Dan malahan orang lain (orang dari luar) yang menikmatinya. Dan bukan Orang Nias. Di tambah lagi masih kurangnya pengetahuan masyarakat nias, dalam hal mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam sehingga masih berkutat dengan cara tradisionalnya. Kekayaan alam Nias baik dari laut, pertanian, dan lain-lain, sebenarnya sangat berpotensi memajukan manusia-manusia nias jika sungguh-sungguh dimanfaatkan. Tapi karena masih bergulat dengan kebodohannya, ya apa boleh buat. Kita lebih baik merenungkan diri sendiri dan keluarga, anak dan isteri. Dari pada memikirkan hal-hal yang muluk-muluk. Inilah adalah ciri orang yang tidak punya usaha dan perjuangan. Dan orang nias jangan seperti itu. Karena itu, pemerintahan daerah nias, perlu mengundang orang-orang profesional baik dari luar nias maupun putera daerah nias yang telah berhasil untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat nias. Misalnya: cara berkebun, dan bertani yang efisien dan efektif, cara beternak yang canggih, dan juga perikanan. Karena sebagian besar warga kita di nias masih menggunakan cara tradisionalnya. Sehingga hasilnya juga sangat pas-pasan. Artinya tergantung rejekilah. Ketiga, Bidang Pemerintahan. Presiden SBY beberapa tahun lalu kadang mengeluh. Kenapa? Sebagian besar pejabat daerah kerjanya bukan mengurus masyarakatnya, akan tetapi sibuk dengan perjalanannya ke luar kota. Alasannya banyak. Ada yang rapat di jakarta, yang sebetulnya tidak ada rapat., hanya jalan-jalan saja. Dan ada alasan bahwa neneknya meninggal di jakarta. Ini adalah ciri-ciri para pejabat yang kurang peduli akan tanggung jawabnya. Rakyatnya mati kelaparan, eh malah jalan-jalan ke Jakarta. Dan mencari kesenangan pribadi. Akibatnya, uang APBD semakin menipis, dan jejaknya tidak kelihatan oleh rakyat. Karena itu, pemerintahan daerah nias harus benar-benar efektif dan punya prioritas dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Nias. Dan bukan berlaku sebagi seorang raja, atau seolah-olah sebagai seorang super sibuk, padahal bukan untuk masyarakat. Akan tetapi untuk dirinya dan keluarganya. Keempat, Watak, Sifat, dan Perilaku. Di mana-mana baik kaum religius, maupun aparat pemerintahan yang pernah bertugas maupun berkunjung ke Nias, keluhannya selalu sama: “Orang Nias suka berkhianat, sukar berterima kasih, orang-orangnya pemalas, suka berkelahi, bodoh dan banyak lagi. Apakah image ini benar? Kalau hanya orang Jawa misalnya, yang mengatakannya, saya tidak percaya. Tapi, masalahnya hampir semua orang baik orang asing maupun suku-suku lain selalu mengatakan hal yang sama. Jika benar, orang nias harus berubah. Ini adalah hambatan untuk meraih masa depan sejahtera, damai dan beriman. Caranya, melalui pendidikan dalam keluarga. Orang tua punya kewajiban mendidik anak-anaknya kearah yang baik, yang berguna, bermanfaat. Dan bukan mengajarkan hal-hal yang mengancam hidup anak-anak itu di kemudian hari, misalnya minum-minuman keras, berlelahi, mencuri, dan sebagainya.

Kita tidak perlu mencita-citakan sebuah Nias yang merdeka, menjadi propinsi tersendiri, atau dibagi menjadi berpuluh-puluh kabupaten. Yang utama adalah kita mengubah diri kita dulu. Mengubah karakter, watak, yang kekanak-kanakan. Nias saat ini, benar-benar butuh obat. Bukan obat sakit kepala. Tapi, obat untuk tidak hanyut dalam sifat kenak-kanakannya. Nias sangat butuh motivasi. Motivasi menatap masa depan untuk generasi sesudahnya. Dan membuang jauh-jauh sikap ke-ono-niha-nya seperti yang telah diutarakan diatas. Jika kita mampu menyangkal ini semua, maka kita akan berani pula bercita-cita mengenai hal-hal yang mulia. Amin



This entry was posted on October 9, 2007 at 5:12 am and is filed under Filsafat. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
5 Responses to “Nias: Propinsi Tahun 2012?”

1.
Cornel Lawolo said
January 17, 2008 at 5:18 am

Saya punya bertanyaan berkaitan dengan impian dari tulisan diatas: Apakah nias bisa menjadi propinsi tahun 2012?, sedangkan pemekaran daerah nias saja tersendat2. Lagian, para epjuangnya saling berantam uh….
Reply
2.
Giafita daeli said
February 29, 2008 at 3:59 am

Talifogu fefu ba abolo utandrosaigo kho dalifusogo yang memberi komnetar no. 1. Bahwa : benar ira talifusoda yang (katanya) memperjuangkan pemekaran Kabupaten Nias saling berantam . Secara kasar (maaf) lawa’o ba khoda “faboge-boge” mano. Saya mengikuti di Niasisland. com dan Nias Barat WordPress, terus terang :aila ita. Itu sebabnya saya jarang memberi pendapat. Malah pernah saya dikatakan sombong, angkuh, karena saya mengingatkan : supaya dunia maya ini kita manfaatkan untuk saling kenal demi menyatukan langkah membangun Nias. Mau apa berantam dengan orang (sebagian besar) yang tidak kenal, hanya pakai nama palsu dan alamat palsu. Lucu …bukan ? Ada lima surat yang menanggapi saya dengan mengatakan saya sombong dan angkuh. Diberikan alamat email palsu sehingga jantung saya rasanya gatal karena tidak bisa menjawab langsung. Saya tidak mau debat kusir di dunia maya.

Akan tetapi hal itu jangan memperlemah kita yang “sadar”. Saya memiliki keyakinan bahwa Nias akan dapat mengejar ketertinggalannnya selama ini. Dan apabila cepat SADAR para pemuda-pemudinya sekarang ini, jangan diperhatikan pejabat sekarang seperti Bupati, Anggota DPRD, dan pejabat lainnya yang kenyataan dewasa ini lebih mementingkan diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya, maka Nias dapat mencapai yang saya yakini itu dalam tempo 5-10 tahun. Mengapa saya katakan demikian, karena anak-anak kita yang serius, bekerja keras dirantau (di luar P. Nias) dan (agak) jauh dari kelompok sendiri maju dan dihargai oleh suku lain dan oleh pimpinan tempat mereka bekerja.

Pengalaman saya selama dirantau, juga iraonoda ni’ilagu, he ba luar negeri semua tidak dibawah prestasi suku-suku atau pun bangsa lain.

Memang sifat niha khoda, semua mau menonjol. Itu bagus, bagus, dan bagus sekali (meniru Hetty Kus Endang di Indosiar)apabila dilandasi paradigma yang baik. Tidak paradigma fadoni ahe, fatiusa, fa ya’o (ono zalawa, ono niha sikayo), lebih senang menerima dari memberi, dan seterus-dan seterusnya yang tidak terpuji.

Kesimpulan isi hati saya : Ono Niha harus segera sadar. Ono Niha harus segera bangun. Harus segera memiliki kesadaran (awareness) dan menyadari kebaikan dan keindahan sesuatu yang disebut Ono Niha dalam Negara Indonesia serta keberadaan (eksistensi) manusia.

Saohagolo. Ya’ahowu !

Giafita Daeli
Reply
3.
Dapati Giawa said
March 12, 2008 at 4:30 pm

Silahkan saudara-saudaraku bermimpi; bikin negara, bahkan bikin surga pun boleh – pada sebuah tapak seluas -+5000km2 itu. KORUPSI PUN ga dihukum kok, asal dalam mimpi ya. Bermimpi tidak dilarang.
Sekarang giliran saya bermimpi:
Pada suatu hari (????)(zzzzzzzzz)…..entah bagaimana aku melayang-melayang. Dan … tiba-tiba berada pada bentangan sebuah daratan; hamparan nyiur, ringkik mahluk berkaki empat yang oleh orang-orang disitu sebut zigelo, ucapan “yaahowu” yang ramah namun dengan aksen yang tegas…. Oh….. kesan pertama yang indah.
………………zzzzzzzzzzzzzz……………………
Lalu, oh….sungai yang jernih, hutan rimbun berdandan sinar matahari keemasan….selaksa lipstik alam yang agung…Lalulintas kehidupan yang teratur, anak-anak yang sehat ceria berkejaran di di pinggir kebun coklat.
………………zzzzzzzzzzzzzz……………………
………………………………………………..
Tiba-tiba hening!!!! dan aku terbangun. Oh Tuhan, aku masih di sini rupanya. Di pondok kumuh peninggalan bapakku. Aku masih disini, terlantar di pucuk gunung yang terpencil. Tadi siang ketika aku turun ke desa membeli sebotol minyak tanah, berjalan dengan kaki tak beralas. Aku sempat menonton tv di sebuah kedai. Di layar kaca itu, aku melihat gambar-gambar indah (seakan surga bagiku) betapa ada sebuah tempat dengan kendaraan yang berimpitan tapi tak ada tabrakan. Oh dunia yang tertib. Hanya ada dalam mimpiku yang indah.
Mimpiku berakhir, dan kutemukan hamparan bukit yang tandus disekitarku, lembah-lembah yang tergerus arus sungai, anak-anak berlari tanpa alas kaki dengan perut buncit, sekolah yang reyot, jalan raya penuh kubangan, pasar yang kumuh dan bau, wc terminal yang menyengat, sungai yang keruh (air yang melimpah di nadi sungai itu apakah menjadi kubangan 700.000 manusia?). Peradaban macam apa ini? Apa namanya ini, kabupaten, propinsi, kota, kampung, kubangan atau benteng istana kerjaan romawi yang baru runtuh setelah 2000 tahun tak dilirik oleh sejarah? Oh saudaraku, kau boleh beri aku apa saja, entah propinsi, entah kabupaten, entah kecamatan, entah sebuah peternakan. Tapi jangan lupa lampirkanlah sebentang hutan yang teduh, pepohonan yang rimbun buat menyimpan energi peradaban masa depan kami.
Yaahowu,
Salam Hijau Lestari
Reply
4.
Marinus W. said
March 13, 2008 at 3:31 am

Yaahowu!

Salam kenal, salam kasih Bapak Giafita Daeli dan Bapak Dapati Giawa. Terima Kasih atas komentar kalian. Komentar Bapak-bapak tentang tulisan diatas membuat saya sangat tersentuh, seolah-olah hidup ini tidak hanya sampai di sini. Tapi masih ada hidup yang lebih baik lagi, lebih sejahtera, tentram di masa yang akan datang. Tentu untuk mencapai hidup yang lebih baik, sejahtera, dan tentram tersebut harus disertai sebuah perjuangan. Dan perjuangan itulah yang sedang kita galang untuk membangun Nias yang merdeka, sejahtera, tentram, dan berakhlak mulia.

Karena itu, saya sebagai Moderator Media Nias Baru sangat berterima Kasih atas komentar dari Bapak-bapak semua. Semoga kasih Tuhan yang maha pengasih selalu menyertai kita semua

Onomi: Marinus Waruwu, Mahasiswa Universitas Parahyangan, Bandung

Mari Lanjutkan Perjuangan Kita!

No comments:

Post a Comment